BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang diharapkan mampu memberikan penyuluhan atau dikenal dengan komunikasi terapeutik pada masyarakat khusunya kaum wanita sesuai dengan siklus daur hidupnya dari bayi. Keterampilan dalam berkomunikasi sangatlah dibutuhkan selama pemberian konseling, sehingga perlu keterampilan tersebut perlu diasah dengan pendalaman konsep yang diimbangi dengan kemampuan dalam penerapan dan menyikapinya. Sehingga sangat diperlukan suatu masukan untuk calon tenaga kesehatan khususnya bidan untuk bisa mengerti serta memahami apa saja poin-poin untuk bisa menerapkan komunikasi terapeutik dengan benar dan tepat sesuai dengan kebutuhan seorang pasien terutama pasien wanita sesuai tingkat usia dalam siklus daur kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
Sesaat setelah dilahirkan, bayi sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui gerakan tubuh dan suara. Menangispun menjadi sarana komunikasi bagi sikecil. Setiap tangisannya memiliki arti yang berbeda. Ketika merespon tangisan dan berinteraksi dengannya membantu bayi belajar tentang cara berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.
B. KOMUNIKASI PADA BAYI DAN BALITA.
Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bisa berkata-kata belum dipahami secara pasti.
Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi pada bayi meliputi:
a. Fase prelinguistic (fase sebelum bicara)
Suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangis sebagai reaksi terhadap perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu tahun, pada saat usia anak dua sampai tiga minggu seharuanya orang tua sudah dapat membedakan tangis bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau minta perhatian. Untuk dapat membedakan kita harus mengenali tangisan bayi:
1) Tangis lapar biasanya bayi menangis dengan suara mendatar dan meningkat sesuai kebutuhan.
2) Tangis kesakitan, bayi mengeluarkan teriakan yang mendadak karena bayi terkejut.
3) Tangis tidak nyaman atau minta perhatian bayi akan menangis yang berlangsung terus menerus.
Bayi akan menangis apabila diletakkan ditempat tidur oleh ibunya, dan tangis itu semakin keras dan sifatnya menuntut. Apabila orang tuanya atau ibunya mendekatinya, memberikan belaian kasih sayang tangisnya akan menjadi pelan. Oleh karena itu orang tuanya sudah mulai megerti dengan kebutuhan bayinya lewat tangisnya sebagai suatu alat komunikasi. Bayi pada minggu kedua mengeluarkan suara yang enak, dimulai terlihat senyum. Ini akan terlihat apabila bayi merasa kepuasan.
Perkembangan bahasa anak bayi itu mulai berlangsung pada usia 2 sampai 6 bulan. Rasa-rasa puas dirasakan oleh bayi dengan nada suara rendah. Pada usia 4 sampai 5 bulan sura sedemikian ini sering diucapkannya pada saat bangun tidur. Sekitar umur 5 sampai 6 bulan, bayi mulai menggunakan suku kata yang diulang, seperti mama, papa, wawa, uuk. Kata mama dihubungkannya dengan pribadi ibunya dan kata papa dikaitkan dengan pribadi ayahnya. Jik bayi ditanya, dimana mama? Maka ia akan menoleh dan mencari ibunya, sekalipun dia belum mampu mengucakan kalimat utnuk ekspresi tersebut.
b. Kata pertama
Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena anak banyak akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan dengan apa yang dikerjakan. Missal: “mam” bisa berarti mama, bisa juga berarti makan. Tahap perkembangan anak pada lingkup kata pertama, antara lain:
1) Usia 10 – 12 bulan timbul pengertian pasif dari bahasa.
Bayi memberi respon terhadap kata yang familier misalnya ada yang menyebut ibu maka dia akan berusaha mencari ibunya.
2) Bicara sesungguhnya mulai usia 12 – 18 bulan.
Satu kata mengandung arti satu kalimat, misal : mengatakan makan berarti saya mau makan.
3) Menggunakan empat kata pada usia 15 bulan
4) Sepuluh kata pada usia delapan belas bulan.
c. Kalimat pertama
Kalimat anak seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan tata bahasa, misal anak bilang “makan” berarti “aku mau makan”. Jadi orang tua atau orang disekitarnya harus tanggap terhadap kata-kata anak tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan kalimat pertama meliputi:
1) Usia 2 tahun anak mulai menyusun kata.
2) Disebut periode permulaan pembicaraan.
3) Kalimat anak mempunyai arti pribadi, tidak ikut aturan.
4) Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh.
d. Kemampuan bicara egosentris
· Kemampuan berbicara egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan tiga macam:
1. Repetitif (pengulangan). Kata yang didengar diulang-ulang.
2. Monolog (berbicara satu arah) biasanya pada anak pra sekolah. Anak bicara sendiri memainkan banyak peran dengan berkata-kata sendiri.
3. Monolog kolektif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri-sendiri, biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.
· Kemampuan berbicara memasyarakatkan menunjukkan adanya tukar pikian dengan orang lain, termasuk pertanyaan, jawaban, perintah, kritik terhadap orang lain.
e. Perkembangan semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian mulai mengetahui arti dan jenis kata abstrak. Misalnya anak akan lebih memahami kucing yang bisa dilihat daripada pahit,manis, dll. Kata abstrak dipelajari setelah pada masa pra sekolah. Kata yang sulit untuk anak pra sekolah adalah kata yang selain punya arti fisik juga punya arti psikologis. Contohnya: manis bisa berarti sikap, tapi juga bisa berarti rasa.
Prinsip komunikasi yang efektif pada anak:
1. Mengikuti perkembangan psikologis anak.
2. Kontak kasih sayang orang tua dapat memperkuat kepribadian anak.
3. Pentingnya dalam komunikasi: belaian, dukungan dan sentuhan akan menimbulkan rasa senang dan bahagia.
4. Dorongan bidan yaitu dengan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang aktif dalam bahsa dan emosi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan wewenang dan lingkup pelayanan kebidanan, asuhan dalam bidang kebidanan yang meliputi Komunikasi pada bayi dan balita.
Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bisa berkata-kata belum dipahami secara pasti.
B. Saran
Diharapkan bagi para tenaga kesehatan atau calon tenaga kesehatan agar dapat melakukan penyuluhan/konseling dapat diberikan secara maksimal dan tepa tmengenai sasaran atau sesuai dengan kebutuhan klien. Dan hendaknya setiap NAKES memperdalam kemampuan kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan) danafektif (sikap) sehingga dapat mengurangi dan menanggulangi hambatan yang mungkin terjadi selama pemberian konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Tyastuti S, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Yulifah, rita. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Uripni. 2003. Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta 1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar