"WELCOME TO MY BLOG * DZIA UNTAIAN CINTA *"

Kamis, 24 Maret 2016

MAKALAH DIAGNOSTIC KLINIS

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang.


Pengertian Diagnostic klinis tentang respon individu terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam membantu diagnose, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa

Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urine. Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. 

Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen urine. Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pengumpulan urine.

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat berupa urin (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sampel dari hasil biopsy.




BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Diagnostic

Pengertian klinis tentang respon individu terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam membantu diagnose, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. 



Jenis-Jenis Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemahaman intruksi dan pengisian formulir

2. Persiapan penderita (kuasa, obat)

3. Waktu pengambilan

4. Posisi pengambilan

5. Persiapan untuk pemeriksaan (alat, bahan, tempat)



Pengertian Spesimen

Sepesimen merupakan segala macam benda apasaja yang dianggap tercemar oleh suatu penyakit hewan atau jasad renik penyebab penyakit hewan termasuk bagian-bagian tubuh hewan atau berupa hewannya sendiri yang mati, sakit atau tersangka sakit perlu dikirim secara cepat dengan memperhatikan ketentuan yang diperlukan. Manfaat pengiriman specimen pada lembaga yang secara professional berwenang misalnya Balitvet, BPPH atau laboratorium di beberapa perguruan tinggi tidak hanya berarti terhadap diagnose penyekit itu sendiri namun juga untuk pengendalian penyakit secara lebih luas misalnya dalam ruanglingku pepidemiologi.



Dasar pengumpulan specimen adalah :

§ Jenis spesimen yang dikirim tergantung pada jenis penyakit sehingga organ yang dikirim juga spesifik khususnya organ atau jaringan yang secara klinis mengalam iperubahan.

§ Spesimen dikirim dalam keadaana septic menggunakan bahan yang ditetapkan sesuai prosedur atau peralatan yang telah dicuci, dikeringkan dan disterilisasi.

§ Botol diberi identitas yang jelas dan teknis pemeriksaan apa yang diinginkan.

§ Botol specimen disimpan dalam thermoses dan selama proses pengambilan specimen lakukan secara hati-hati khususnya terhadap pencemaran.



Ü Ada beberapa yang mempengaruhi seleksi pengiriman specimen daintaranya yaitu: waktu, peralatan, teknik, transportasi, dan tidak kalah penting adanya form/ dokumensepesimen.



Ü Pada prinsipnya bahan yang diperlukan, cara pengepakan, dan metode yang dikehendaki harus disesuaikan dengan apakah specimen tersebut untuk diperiksa secara bakteriologik, virologik, mikologik, parasitologik, toksikologik, serologic danpemeriksaan histopatologik. Penyakitdan organ yang terserang biasanya spesifik oleh karenanya pengiriman specimen harus memperhatikan gejala klinis penyakit dan jenis specimen serta pengawetan yang digunakan.



Jenis Pengambilan Specimen.

1. Secara Probabilitas

Probabilitas atau random sampling merupakan jenisteknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.



JenisTeknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian.

b) secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.

c) secara rambang proporsional (proporsional random sampling). Jika populasi terdiri dari subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.

d) secara rambang bertingkat.Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional.

e) secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.



2. Secara Nonprobabilitas.

Nonprobabilitas adalah jenisteknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar.



Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat berupa urin (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample darihasil biopsy.



Tujuan Pemeriksaan Laboratorium

1. Mendeteksi penyakit

2. Menentukan resiko

3. Skrining atau uji saring adanya penyakit sub klinis

4. Konfirmasi pasti diagnosis

5. Menemukan kemungkinan diagnostic yang dapat menyamarkan gejala klinik.

6. Membantu pemantauan pengobatan.

7. Menyediakaninformasi prognostic atauperjlananpenyakit.

8. Memantau perkembangan penyakit

9. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di

Jumpai dan potensial membahayakan.

10. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak di

Dapati penyakit.



Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:

1. Pra intrumentasi : sebelum pemeriksaan

2. Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa)

3. Pasca instrumentasi : saat menulis hasil pemeriksaan.



PRA INSTRUMENTASI

§ Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

§ Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:

1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.

2. Persiapan penderita

3. Persiapan alat yang akan dipakai

4. Cara pengambilan sample

5. Penanganan awal sample (termasuk pengawetan) dan transportasi.




B. Pengertian Urine

Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan laboratorium. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.



C. Komposisi dan Fungsi Urine.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.

Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.



Faktor yang Mempengaruhi Proses Urinasi

Proses pembentukan urin dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.


a. Faktor Internal

1) Hormon Antideuritik (ADH)

Hormon antideuritik dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofifis (neuroehipofisis). Pengeluaran hormon ini ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara terus menerus mengendalikan tekananan osmotik darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam darah). Oleh karena itu, hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorpsi air pada tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat. Oleh karena cara bekerja dan pengaruhnya inilah, hormon tersebut disebut sebagai hormon antideuritik.

Jika tekanan osmotik darah naik, yaitu pada saat dalam keadaan dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh (saat kehausan atau banyak mengeluarkan keringat), konsentrasi air dalam darah akan turun. Akibat dari kondisi tersebut, sekresi ADH meningkat dan dialirkan oleh darah menuju ke ginjal. ADH selain meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, juga mengkatkan permeabilitas saluran pengumpul, sehingga memperbesar sel saluran pengumpul. Dengan demikian air akan berdifusi ke luar dari pipa pengumpul, lalu masuk ke dalam darah. Keadaan tersebut akan berusaha memulihkan konsentrasi air dalam darah. Namun akibatnya, urine yang dihasilkan menjadi sedikit dan lebih pekat.



2) Hormon Insulin

Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau langerhans dalam pankreas. Hormon insulin berfungsi mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes mellitus) memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi. Akibatnya terjadi gangguan reabsorpsi didalam urine masih terdapat glukosa.



3) Saraf

Stimulus pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus afferen. Hal ini menyebabkan aliran darah ke glomerulus menurun dan tekanan darah menurun sehingga filtrasi kurang efektif. Hasilnya urine yang diproduksi meningkat.



4) Tonus otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.



5) Usia

Pengeluaran urine usia balita lebih sering karena balita belum bisa mengendalikan rangsangan untuk miksi dan makanan balita lebih banyak berjenis cairan sehingga urine yang dihasilkan lebih banyak sedangkan pengeluaran urin pada lansia lebih sedikit karena setelah usia 40 tahun, jumlah nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap tahun.



b. Faktor Eksternal

1) Zat-zat diuretik

Misalnya teh, kopi, atau alkohol dapat menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya ADH berkurang sehingga reabsorpsi air terhambat dan volume urin meningkat.



2) Suhu lingkungan

Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.



3) Gejolak emosi dan stress

Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.



4) Jumlah air yang diminum

Jumlah air yang diminum tentu akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika meminum banyak air, konsentrasi air dalam darah akan tinggi, dan kosentrasi protein dalam darah menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang. Selain itu, keadaan seperti ini menyebabkan darah lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya filtrasi dan berkurangnya ADH akan menyebabkan menurunnya penyerapan air, sehingga urine yang dihasilkan akan meningkat dan encer.



5) Kondisi penyakit

Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.



6) Life Style dan aktivitas

Seorang yang suka berolahraga, urine yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih pekat karena cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk energi sehingga cairan yang dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk keringat.



B. Pemeriksaan Urine.

Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.



Jenis pengambilan sampel urine :

§ Urine sewaktu/urine acak (random)

Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.



§ Urine pagi

Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.



§ Urine pasca prandial

Urine pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5 – 3 jam sesudah makan)



§ Urine tampung 24 jam

Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

Hal-hal yang perlu di infeksi dalam pemeriksaan urine:

1. Volume urine

Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan.

2. Bau

Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap.

3. Buih

Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.

4. Warna urine

Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urine itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar.

5. Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan.

6. Kejernihan

Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.

C. PROSES PENGAMBILAN URINE.

1. Persiapan alat

· Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen)

· Label spesimen

· Sarung tangan sekali pakai

· Larutan anti septik

· Kapas sublimat

· Formulir Laboratorium

· Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan

· Baskom air hangat

· Waslap

· Sabun

· Handuk

· Skort

· Selimut

· Skala

· Sfigmomanomater dengan menset yang sesuai

· Kertas Etiket

· Bengkok

· Buku ekspedisi untuk pemerikaan laboratorium



2. Prosedur pelaksanaan

· Beri tahu klien tujuan prosedur pelaksanaan

· Untuk klien yang dapat berjalan

· Antar klien ke kamar kecil

· Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan sabun dan air



a. Untuk klien wanita

Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas desinfektan steril hanya sekali pakai

b. Untuk klien laki – laki

· Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik

· Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya sekal pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis



c. Untuk klien yang memerlukan bantuan

· Siapkan klien dan peralatannya

· Bersihkan daerah parineal dengan sabun kemudian keringkan

· Posisikan klien setegak mungkin jika di perbolehkan

· Buka peralatan, hati – hati jangan sampai mengontaminasi tempat sampel

· Pakai sarung tangan

· Bersihkan saluran kencing seperti yang dijelaskan di atas



Ambil sampel dari klien yang tidak dapat berjalan atau ajarkan klien yang dapat berjalan bagaimana mengambil sampel:

o Perintah klien untuk BAK

o Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel, jangan sampai wadah tersentuh penis

o Ambil ± 30 – 60 ml urine di dalam wadah

o Tutup wadah sentuh hanya dalam luar wadah

o Jika perlu, bersihkan wadah dengan disinfektan

o Untuk pengambilan urine aliran tengah anjurkan, klien kencing dulu kemudian menahannya dan kencing kembali, lalu urine dimasukkan kedalam botol +/- 30 – 60 cc, kemudian klien di anjurkan mengeluarkan urine/ mengosongkan kandung kemih secara keseluruhan.

Beri label pada botol dan bawa kelaboratorium:

o Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada botol

o Usahakan agar spesiment dapat dibawa ke laboratorium secepatnya



Catat data yang bersangkutan:

o Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami klien selama pengambilan sampel



Spesimen kulit periodik(urine tampung):

o Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli wadah dengan identitas klien, kapan pengumpulan dimulai dan selesai.

o Guanakan tempat yang bersih untuk mengambil sampel

o Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam wadah dan disimpan wadah dari lemari pendingin. Jagalah sampel agar tidak terkontaminasi dengan kertas toilet atau feses.

o Pada akhir periode pengambilan, perintahkan klien untuk mengosongkan kantong kemih dan simpan urine sebagai bagian spesimen , bawa semua sampel ke laboratorium

o Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya serta hasil pengamatan lain terhadap urine



Pengambilan spesimen urine dari kateter:

o Gunakan sarung tangan sekali pakai

o Jika tidak ada urine dalam kateter , jepit tabung penampung selama +_ 30 menit.hal ini menyebabkan segera terkumpul di dalam kateter .

o Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan. Daerah penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari gelembung tabung untuk mencegah tertusuknya gelembung tersebut. Dengan menyucihamakan jarum , mikroorganisme akan menghilang pada pembukaan kateter. Jadi , cegahlah kontaminasi jarum dan masuknya mikroorganisme dalam kateter

o Masukkan jarum dengan sudut 30– 450

o Lepaskan penjepit kateter

o Ambil sampel urin secukupnya ( 3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk analisis urine rutin)

o Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar wadah

o Buang jarum dan suntikkan kedalam tempat penampungan

o Tutup wadahnya

o Lepaskan sarung tangan , dan taruh pada tempat yang disediakan

o Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di lemari pendingin

o Catat dan dokumentasikan hasil spesimen dan pengamatan spesimen.



Cara Pengambilan Sample

Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.



1. Punksi Suprapubik.

Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.



2. Kateter.

Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.



3. Urin Porsi Tengah.

Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negatif.



Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada wanita :

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.

2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.



Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :



1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.

2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.

4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak lebih dari 24 jam.


C. Pemeriksaan Protein Urine

Pemeriksaan protein urine merupakan salah satu jenis pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil untuk mengetahui fungsi ginjal. Apabila ginjal berfungsi dengan normal, maka tidak akan terdapat protein dalam urine ibu hamil. Adanya protein dalam urine dapat dikarenakan : makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil, ibu mempunyai infeksi saluran kencing/ urine terkontaminasi dengan darah atau air ketuban, ataupun mengindikasikan adanya preeklamsi baik ringan maupun berat yang dapat mengarah pada keadaan eklamsi.

Preeklamsi sering kali menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi jika tidak segera diantisipasi. Pemeriksaan ini menggunakan asam asetat 6 % atau asam sulfo salisilat 20% karena sifatnya dapat mengikat protein. Prinsipnya terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam asetat atau asam sulfo salisilat.

Hasil pemeriksaan dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Negatif (-) : Urine tidak keruh

2. Positif (+) : Terjadi kekeruhan ringan

3. Positif 2(++) : Kekeruhan mudah di lihat dan ada endapan halus

4. Positif 3 (+++) : Urine lebih keruh ada endapan yang lebih jelas dan terlihat

5. Positif 4(++++) : Urine sangat keruh dan disertai endapan menggumpal




BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan.


Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat berupa urin (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample darihasil biopsy.

Dengan menggunakan prosedur baik dan benar serta pengetahuan tentang pengambilan spesimen urine, kita dapat mengetahui kandungan dan kelainan yang terdapat dalam urine sehingga kita dapat lebih cepat mencegah dan menanggulanginya.

Pada proses pengambilan spesimen urine harus mempersiapkan alat-alatnya dengan lengkap dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan bila pasien sadar serta mengetahui dengan baik tentang tata cara pelaksanaannya.

Sehingga di dalam labolatorium dapat melakukan berbagai macam penilitian dan kesimpulan untuk menemukan suatu diagnosa. 



B. Saran

Hal-hal yang penting dilakukan sebelum dan sesudah pengambilan spesimen urine:

1. Cuci tangan dengan baik menggunakan air hangat, kemudian bersihkan dengan sabun sebelum dan sesudah mengambil sampel urine.

2. Lakukan tata cara pengambilan urine dengan baik dan benar.

3. Gunakan sarung tangan jika menyentuh urine orang lain.

4. Gunakan plastik bening dan bersih untuk membawa sampel ke laboratorium.

5. Spesimen urine harus segera dibawa ke laboratorium

6. Gunakan data yang lengkap dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan di dalam pengambilan urin di laboratorium.




DAFTAR PUSTAKA



Hidayat, AAA dan Uliyah , M (2008), Keterampilan Dasar praktik Klinik untuk kebidanan, Jakarta, Salemba Medika.

Ambarwati, RE dan Sunarsih, T (2009), KDPK KEBIDANAN, Jogjakarta, Noha Medika.

Talley, j Nicholas dan O’conor, s (1994), Pemeriksaan Klinis Pedoman Diagnostik Fisik, Jakarta, Bina Rupa Aksara.

Morton, GP (2005), Panduan Pemeriksaan Kesehatan,Jakarta, EGC.

Mansjoer, Arif dkk (2000), kapita selekta kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius.

http://ariefyats.blogspot.com/2013/10/makalah-pemeriksaan-urine.html

http://subijakto.blogspot.com/2010/11/makalah-urine-2010.html

http://vitaminsemulajadi.com/warna-urin-dan-vitamin-shaklee/

http://dinnul94.mhs.unimus.ac.id/files/2012/07/klinik-rutin-1.pdf



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tentang dzia untaian cinta