BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Unsur-unsur yang dapat mempersatukan tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur lokal, Hindu-Budha, dan Islam. Bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya Indonesia asli. Selain itu, juga telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang merupakan keyakinan adanya supranatural atas kehidupan bumi.
Beberapa contoh tradisi daerah yang merupakan perpaduan unsur lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indoesia adalah :
a. Upacara selamatan, pemberian nama selamat yang bertujuan untuk memberi keselamatan bagi penyelenggara / pemakai nama tersebut.
b. Upacara bersih desa, agar desa bersih dan hasil pertanian melimpah.
c. Upacara sedekah, setelah 7 hari dari hari raya Idul Fitri di daerah Demak, sebagai tanda syukur.
d. Upacara Tabuik di pantai barat Sumatera sebagai peringatan atas Hasan & Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang dipengaruhi golongan Syiah. Upacara tradisional tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini untuk mengingatkan tradisi lokal mereka.
Dalam pembahasan di atas telah dikemukakan bahwa, unsur budaya asli memegang peranan & tidak dapat disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing. Salah satu proses kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengan kematian dalam wujud kepercayaan dikenal sebagai Animisme & Dinamisme. Misalnya upacara kematian seseorang dilakukan sesuai dengan kebudayaan lokal. Makam di Indonesia terpelihara dengan baik karena adanya penghormatan dari anak cucu kepada leluhurnya. Dengan latar belakang budaya Megalithikum, di samping Sarkofagus, maka dibuatlah Kijing dari batu di atas makam, bahkan terkadang dibuatkan rumah kecil pelindung makam yang disebut Cungkup. Hal itu merupakan contoh dari kepecayaan Animisme.
Sedangkan kepercayaan Dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Misalnya rumah dibangun oleh seseorang demi kesejahteraan dirinya beserta keluarganya, dibangun dengan penuh perhitungan & persyaratan. Guna menghindari gangguan roh jahat, di dekat pintu gerbang di tempatkan Dwarapala, berupa sepasang patung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
a) Bidang budaya
Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha masuk, bangsa Indonesia talah menggunakan bahasa melayu kuno dan Jawa kuno. Setelah masuknya Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa podi. sedangkan Masuknya agama Islam ke Indonesia, Islam menggunakan bahasa Arab. Hal itu membuat perbendaharaan kata semakin banyak.
b) Bidang aksara
Dengan datngnya aagama Hindu-Budha masyarakat menjadi mengenal aksara pallawa atau nagari. Setelah Islam datang menggunakan aksara Arab. Tetapi ada pencampuran yaitu aksara Pegon, yaitu aksara arab yang digunakan untuk menulis bahasa Sunda / Jawa.
c) Bidang sosial
System masyarakat yang dulunya dibedakan berdasarkan profesi, setelah agama Hindu-Budha masuk, system kemasyarakatan dibedakan berdasarkan kasta. Tetapi dengan masuknya agama Islam sitem kasta mulai menghilang, meskipun sekarang masih kita jumpai pada masyaakat tertentu.
d) Bidang system pemerintahan
Dulu system pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala suku. Menggunakan system Primus Interpares yang berarti nomer satu dintara sesamanya. Sedangkan dalam Hindu-Budha system pemrintahannya kerajaan yang dipimpin seorang raja. Tetapi dalam Islam nama raja diganti dengan sebutan Sultan.
e) Bidang bangunan
Candi Hindu-Budha yang ditemukan di Indonesi pada dasarnya merupakan wujud akulturasi dari zaman megalithikum yaitu dari bangunan punden berundak. Letak bangunan utamaĆ¼ Bentuk candi menyasuaikan dir ke entuk bangunan punden brundak. Bangunan utamanya berada di bagian belakang dan bentuknya bertingkat. Fungsi candiĆ¼ Selain befungsi sebagai tempat pemujaan dewa, juga berfungsi sebagai tempat untuk pemujaan nenek moyang.
f) Bidang seni Seni arca
Arca pada zaman dulu merupakan perwujudan dari nenek moyang, cirinya masih dibuat sederhana dan kasar. Setelah Hindu-Budha masuk pembuatan arca mempunyai kualitas baik. Sedangkan pada zaman Islam masuk, arca yang semula bentuknya mahkluk hidup mulai disamarkan, karena tidak diperbolehkan pada zaman Islam. Wayang Agama Hindu-Budha dating memperkaya unsur-unsur bahan cerita pewayangan dan pada zaman Islam wayang digunakan sebagai media cakwah.
g) Bidang kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu). Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah Islam). Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan.
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
h) Pernikahan
Akulturasi antara budaya lokal dan Hindu-Budha terlihat dalam pengadaan sesajen. Setelah Islam masuk upacaranya di awali dengan membaca akad antara kedua mempelai.
i) Pemakaman
Prosesi pemakaman yang sesuai dengan Islam hanya kewajiban untuk mensucikan jenazah, mengkafani, dan menguburkannya. Tetapi karena adanya akulturasi, misal setelah hari kematian adanya hari- hari peringatan selamatan / acara tahlilan yang berisi pembacaan zikir dan tahlil. Juga pemberian nisan yang merupakan warisan kebudayaan prasejarah.
Interaksi Sosial Budaya Masyarakat Indonesia Pada Awal Perkembangan Islam.
B. Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Lokal
1. Budaya istana
a. Tata pemerintahan
Dalam perkembangan sejarah Islam dikenal adanya kalifah, artinya seorang pengganti setelah Nabi wafat yang bertugas mengurus Negara dan agama, serta melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan Negara.
b. Bangunan istana
Bangunan istana yang berasal dari peninggalan zaman Hindu-Budha sudah tidak dapat ditemukan lagi pada zaman Islam. Hal ini karena istana pada zaman itu dibuat dari bahan yang mudah hancur. Berbeda dengan bangunan istana para Sultan yang umumnya dibuat dari batu bata dengan semen sebagai perekatnya. Istana raja merupakan benteng pertahanan terakhir dari suatu Negara atau kerajaan.
c. Masjid agung
Seorang Sultan adalah seorang pemimpi agama dan kepala pemerintahan yang memiliki kewajiban untuk membangun sebuah masjid besar atau masjid agung yang diperuntukkan sebagai pusat kegiatan keagamaan.
Masjid agung yang terkait dengan istana misalnya Masjid Baiturahman di Banda Aceh, Masjid agung di Jogjakarta, Masjid Maimun di Medan.
d. Istana kerajaan
Istana dapat dikatakan sebagai pusat budaya. Namun istana pada masa Islam tidak lepas dari system Foedal. Pada system ini, system pelapisan sosial pada masyarakatnya yang menjadi ciri utamanya.
2. Kesenian Istana
Kesenian istana adalah kesenian yang berkembang dalam lingkunan istana. Selain itu berkembang pula kesenian yang hanya diperuntukkan bagi penghuni istana. Cirinya adalah penyajiannya serba megah, cerita yang dimainkan erat hubungannya dengan masalah pemerintahan, sifatnya cenderung sakral. Kesenian lainnya yang juga berkembang adalah satra. Pada zaman wali, berkembang karya sastra yang erat kaitannya dengan masalah agama seperti Kitab suluk Bonang, prosa yang berisi ajaran agama Islam dan sudah banyak mendapat pengaruh dari bahasa Arab maupun bahasa Melayu.
3. Masjid
Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam dalm perkembangannya masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat dan pusat kegiatan keagamaan.
a. Masjid tradisional
Masjid tradisional merupakan jenis masjid yang pertama kali ada di Indonesia. Masjid ini menggunakan bahan bangunan yang berasal dari alam. Susunan atapnya bertingkat dan dapat disebut dengan atap tumpang.
b. Masjid makam
Masjid makam merupakan perpaduan antara masjid dan makam. Di belakang masjid tradisional di Jawa biasanya terdapat makam para wali maupun raja perpaduan antara masjid dan makam. Di belakang masjid tradisional di Jawa biasanya terdapat makam para wali maupun raja kerajaan Islam.
c. Masjid modern
Masjid modern adalah masjid dengan bangunan arsitektur moderndan bahanbahan yang digunakan juga modern. Disertai dengan manara, yang berfungsi sebagai tampat muazin mengumandagkan azan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa masuknya budaya Hindu-Budha dan Islam di Indonesia tidak diterima begitu saja tapi pengaruh budaya Hindu-Budha dan Islam ke Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia
3.2 Saran
Mungkin dari kesimpulan diatas dapat dipetik salah satu yang paling penting adalah bahwa perpaduan tradisi lokal hindu-budha sangat berpengaruh bagi indonesia, dan penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat dan kedepannya akan ada kesempatan untuk membuat makalah tentang tradisi lokal hindu-budha dan islam dengan lebih lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar